Rabu, 06 Februari 2013
Kamis, 15 November 2012
BUKU PEDOMAN SUTERA EMAS
Cover buku PEDOMAN SUTERA EMAS. |
Latar Belakang
A. ALUR PIKIR
Surveilans antara lain berfungsi untuk mengidentifikasi adanya masalah beserta faktor resiko dan faktor determinannya sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah secara efektif efisien.
Aktivitas pengumpulan data banyak dilakukan tetapi mengolah, menganalisa dan menginterpretasikannya jarang dikerjakan dengan cepat sehingga sering menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam pendeteksian kasus secara dini maupun keterlambatan pantauan infomasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) di lapangan.
Dalam pelaporan kasus penyakit khususnya kasus kebidanan dan gizi balita masih terkendala pada keterlambatan pelaporan yang pada akhirnya mengakibatkan lambatnya pengambilan keputusan baik untuk pencegahan maupun untuk penanggulangannya.
Banyak hambatan pelaksanaan surveilans secara menyeluruh antara lain: keterbatasan data, tidak adanya SDM penganalisa data, perlu banyak waktu dan ketelitian sedang beban kerja lain masih menumpuk. Untuk mengatasi masalah komplek tersebut dengan SDM yang terbatas disertai beban kerja yang padat maka perlu dimunculkan ide kreatif dengan melibatkan semua komponen masyarakat di akar rumput serta memanfaatkan teknologi informasi berupa telepon seluler dan SMS diharapkan dapat meminimalisir hambatan sekaligus memudahkan petugas dalam pengumpulan, tabulasi data, evaluasi bahkan percepatan intervensi di lapangan secara cepat, tepat, lengkap dan akurat.
Ide dengan memanfaatkan teknologi informasi cepat dan tepat yaitu teknologi SMS disebut SMS Gateway yang merupakan jembatan perantara melalui SMS.
B. ALUR SEJARAH
Kejadian lonjakan kasus yang pernah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kepanjen dimana dirasakan adanya keterlambatan dalam pendeteksian dini dan dalam penyebarannya membawa para petugas Puskesmas Kepanjen pada kesadaran pentingnya Informasi Cepat dan Tepat. Ide kreatif yang muncul dari Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang yang dipimpin dr. Sonny Muchlison yang mengalami berbagai permasalahan kesehatan khususnya kematian ibu dan bayi baru lahir disertai keterbatasan SDM kesehatan di wilayahnya. Petugas merasa sangat terbantu dengan jumlah kader dari kalangan masyarakat yang secara sukarela mau dilatih sebagai kader penggerakan dan penguatan peranserta masyarakat dalam kesehatan antara lain dengan memanfaatkan teknologi SMS.
Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai kepedulian tinggi dan komitmen yang kuat untuk pencapaian MDGs utamanya Kesehatan Ibu dan Anak, gizi masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta pemberdayaan perempuan di bidang kesehatan. Pencapaian target MDGs tahun 2015 perlu dikawal oleh semua pihak baik masyarakat, dunia usaha, para pakar, para profesional, organisasi kemasyarakatan maupun oleh pemerintah yang tidak mungkin dapat bekerja sendiri tanpat peranserta semua stakeholder.
Gayung bersambut , ide kreatif diwadahi oleh kepedulian dan komitmen Bupati Malang beserta jajarannya dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Malang memunculkan satu konsep pemantauan kesehatan yang kemudian disebut Sutra Emas. Konsep ini kemudian diikuti oleh APPI Kabupaten Malang untuk pemantauan dan pengambilan tindakan cepat dan tepat bagi Ibu hamil, melahirkan, nifas.
Buku Panduan Umum ini dibuat seizin Pemerintah Kabupaten Malang agar dapat digunakan untuk sosialisasi inovasi kreatif dalam pemantauan ibu hamil, melahirkan, nifas, sehingga tidak ada ibu yang meninggal saat membawa kehidupan baru ke dunia. Dalam jangka pendek diharapkan agar target MDGs penurunan AKI kepada target yang ditetapkan yang oleh para pakar dikhawatirkan masih di luar jangkauan alias diramalkan tidak akan tercapai pada tahun 2015.
Penyempurnaan dari konsep ini sangat diharapkan akan memunculkan inovasi lain yang berguna untuk masyarakat pada umumnya.
C. FILOSOFI
Sutra Emas merupakan sebuah bentuk jawaban berupa terobosan dalam kecepatan pengumpulan data dengan mengoptimalkan peran pemberdayaan masyarakat sebagai objek dan subjek surveilans dalam hal ini para kader terlatih yang disebut kader Sutra Emas di satuan wilayah terkecil yaitu lingkup Rukun Tetangga (RT) sebagai ujung tombak sumber informasi. Selanjutnya diteruskan kepada para petugas kesehatan yang tersebar di seluruh desa serta bermuara pada unit pelayanan Puskesmas dengan menggunakan alat bantu berupa telepon seluler sebagai media pelaporan dan software yang mampu menganalisa data yang diperlukan secara otomatis dan dapat bekerja 24 jam tanpa henti dan setiap saat (real time).
Filosofi yang dikembangkan adalah: Penemuan, Pelaporan, Penanganan Kasus Dini serta Pemberdayaan Masyarakat.
I. KONSEP DASAR
Satu RT – Satu Kader
Satu Ibu Hamil Beresiko – Satu Kader
Satu Bayi Baru Lahir Beresiko - Satu Kader
Satu Bayi (1 tahun Beresiko) – Satu kader
Satu Balita Beresiko – Satu Kader
Satu individu beresiko – Satu Kader.
Hal tersebut berarti bahwa: Satu wilayah RT diamati oleh satu orang kader yang sudah mendapat pelatihan sebagai Kader Sutra Emas.
Demikian juga Ibu hamil beresiko tinggi, Bayi Baru Lahir, Bayi, Balita dan individu atau orang yang sedang dalam keadaan sakit yang beresiko perlu dipantau dan mendapat pendampingan kader.
Perlu intensifikasi dan ekstensifikasi pelatihan kader Sutra Emas; hal ini juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan yang merupakan bagian dari pencegahan penyakit dan promosi kesehatan sehingga pada gilirannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semakin banyak warga melaksanakan Perilaku Hidup Sehat.
Peran aktif masyarakat dalam Sutra Emas juga merupakan salah satu bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang terus diupayakan oleh pemerintah sebagai salah satu bentuk alih kelola promosi kesehatan.
II. TUJUAN
1. Berjalannya Sistem Kewaspadaan Dini (Early Warning System).
2. Pendeteksian faktor resiko di masyarakat.
3. Penuruan AKI dan AKB.
4. Peningkatan derajat kesehatan Ibu, Bayi dan Balita.
5. Peningkatan Angka Penemuan Kasus.
6. Penanganan kasus KLB secara dini.
7. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan.
8. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam UKBM.
III. MANFAAT
A. BAGI MASYARAKAT
1. Makin banyak warga berperilaku hidup sehat.
2. Preventif, Promotif meningkat diharapkan Kuratif menurun – produktivitas meningkat / kinerja bertambah.
3. Terhindar dari KLB.
4. Kesejahteraan meningkat, menurunkan kemiskinan.
B. BAGI KADER
1. Pemberdayaan kader yang juga adalah warga masyarakat, memupuk gotong royong bekerja untuk masyarakat, keluarga dan diri sendiri.
2. Mempermudah kerja kader yang tidak perlu berjalan jauh ke tempat tenaga kesehatan tapi cukup dengan SMS.
3. Kader makin akrab dengan teknologi yang berimbas pada akses informasi.
C. BAGI PETUGAS KESEHATAN
1. Memudahkan merekap dan menganalisa data yang masuk karena sudah diprogram dalam komputer.
2. Memudahkan dan mempercepat pencarian/ pelacakan kasus di lapangan.
3. Mempercepat penanganan dan rujukan berdasarkan jenis penyakit, jenis kelamin, kelompok umur, waktu dan tempat kejadian.
4. Memudahkan membuat laporan oleh karena sistem beroperasi 24 jam non stop.
5. Analisa data dilakukann otomatis setiap saat.
D. BAGI PEMERINTAH
1. Deteksi dini mencegah timbulnya KLB.
2. Budget Pengobatan dapat turun bila rakyat sehat.
3. Alih kelola upaya kesehatan berbasis masyarakat.
4. Kinerja meningkat terkait peningkatan ekonomi dan income per kapita.
IV. KONSEP KERJA PROGRAM SUTRA EMAS
Konsep kerja pendampingan warga yang bermasalah memerlukan jumlah kader yang banyak sehingga perlu pelatihan atau orientasi masalah kesehatan yang dihadapi lingkungan masing masing. Bukan pelatihan resmi tetapi memanfaatkan pertemuan informal di desa seperti pengajian, arisan RT, dan lain-lain.
Benefit lain dari konsep ini yaitu mengasah kegotong- royongan dan menambah jumlah warga yang mengerti masalah kesehatan. Di pihak petugas, kerja bidan di lapangan akan bertambah banyak sehingga beban bidan di desa untuk administrasi perlu dilimpahkan kepada petugas lain. Keluhan masyarakat di desa timbul akibat kurangnya kesempatan bertemu bidan karena bidan terlalu banyak mengurusi masalah administrasi, pelaporan, rapat dan lain-lain.
Desa yang wilayahnya luas juga akan menimbulkan kesulitan bila bidan di desa hanya satu orang; merupakan kendala tetapi harus dimulai untuk menghindari salah satu keterlambatan. Pilot projek memang dimaksudkan untuk mencari hambatan dan menetapkan solusi secara terus- menerus.
V. SEKILAS TENTANG PROGRAM EMAS
Emas (Extending Maternal Andneonatal Survival) meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir di Indonesia adalah sebuah program kerja sama Kementerian Kesehatan RI dengan USAID selama 5 tahun (2012 – 2016).
Tujuan Umum: Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal sebesar 25 %.
Daerah intervensi: 6 Provinsi 30 Kabupaten yaitu: Sumatera Utara, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Sulawesi Selatan. Pada tahun pertama akan bekerja di 10 Kabupaten dan salah satu kabupaten terpilih di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang, Jawa Barat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon; Banten di Kabupaten Serang; Jawa Tengah di Kabupaten Tegal dan Banyumas; Sulawesi Selatan di Kabupaten Pinrang; Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang.
Tujuan Emas:
- Meningkatkan kualitas pelayanan PONED dan PONEK:
- Memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian diterapkan di RS dan Puskesmas.
- Pendekatan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem rujukan antar Puskesmas / Balkesmas dan RS :
- Penguatan sistem rujukan.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas nakes, faskes dan Pemda.
- Meningkatkan akses masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Hasil yang akan dicapai Program Emas meliputi peningkatan kualitas pelayanan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di fasilitas kesehatan dan peningkatan sistem rujukan yang efektif, efisien, berkualitas dan aman dalam kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan penerapan tata kelola yang baik terkait kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir dan pemanfaatan teknologi informasi mutakhir (SMS, hotline, Media Sosial) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Pendekatan Emas:
l Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetric dan neonatal minimal di 150 RS (PONEK) Pemerintah & Swasta dan 300 Puskesmas / Balkesmas (PONED).
l Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan RS.
l Program dirancang agar dapat memberi dampak nasional, tidak hanya sebatas di lokasi area kerja.
Dari pendekatan program ini nampak bahwa fokus kerja adalah wilayah pelayanan kesehatan dan sedikit menyentuh masyarakat. Pelayanan kesehatan yang baik, perlu disosialisasikan kepada masyarakat, paling tidak agar diketahui keberadaannya dan ada kelompok pendamping yang mendorong penggunaan fasilitas yang baik tersebut sehingga seperti menjadi milik masyarakat yang dicintai, tidak hanya menjadi menara gading yang jauh terpisah dari masyarakat. Sehubungan dengan hal itu perlu ada jembatan penghubung antara masyarakat dan Program Emas. Diharapkan Sutra Emas dapat menjadi jembatan yang dimaksud dengan SMS Gateway.
Sekilas info: Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan diharapkan menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup tahun 2015. Dapat diartikan bahwa 10.000 kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan harus dicegah setiap tahun. Data menunjukkan bahwa secara nasional, 44 % kematian ibu terjadi di Rumah Sakit sehingga kualitas pelayanan dan ketepatan waktu merujuk perlu ditingkatkan.
Di sisi lain, setiap bayi baru lahir bisa menghadapi resiko yang dapat diatasi dengan penanganan persalinan sesuai standar, penerapan inisiasi menyusu dini dan perawatan esensial bayi baru lahir. Hal ini dapat membantu penurunan kematian bayi baru lahir yang cenderung stagnan di Indonesia.
VI. SMS GATEWAY Dalam Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat Dalam PHBS KIBBLA
Penggerakan dan Penggerakan Masyarakat dalam PHBS – KIBBLA adalah program berdasar MoU Kemenkes dengan 18 Organisasi Kemasyarakatan antara lain dengan APPI, sejak tahun 2011 sampai 2015. Dalam 2 tahun perjalanan, wilayah kerja APPI ada di 5 Provinsi, 10 Kabupaten yaitu Sumatera Barat (Kota Padang, Kab. Solok), Jawa Barat (Kab. Indramayu dan Kab. Bandung), Jawa Timur (Kab. Malang dan Kab. Tulung Agung), NTB (Kab Lombok Utara dan Lombok Tengah), NTT (Kab Kupang dan Kab TTS) di 60 Desa Binaan.
Tujuan utama Program PHBS – KIBBLA adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan alias preventif dan promosi kesehatan, program Sutera Emas yang sudah diawali oleh Puskesmas Kepanjen dan didukung oleh Dinas Kesehatan dan Bupati Malang diangkat oleh APPI Kabupaten untuk disebarluaskan di lingkup Kabupaten Malang dan menarik perhatian APPI Pusat untuk disosialisasikan di Kabupaten Tulung Agung pada Program tahun 2012.
Selanjutnya Sutera Emas diperkenalkan secara nasional dalam Exhibition MDG’s Award di Jakarta dan dilirik oleh JHPIEGO / USAID untuk menjadi jembatan Program Emas dengan masyarakat di akar rumput yang saat ini sedang dalam tahap penjajagan. Oleh karena hal tersebut di atas, maka baik Program Emas maupun Program Sutera Emas perlu sosialisasi kepada seluruh jajaran APPI baik di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/ Kota sampai di desa binaan apalagi namanya sama-sama Emas tapi arti berbeda dan tujuan sama untuk Keselamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir; Emas di lingkup Puskesmas ke atas dan Sutera Emas di lingkup akar rumput.
VII. PENUTUP
Terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Malang beserta segenap jajarannya yang telah memberikan izin penggunaan Buku Saku Sutra Emas diproduksi setelah mendapat revisi sesuai dengan tujuannya agar diketahui dan dikembangkan bersama-sama khusunya bagi warga APPI di seluruh nusantara. Adapun Buku Teknis pelaksanaan tentu akan dibuat oleh masing-masing yang berminat dengan melalui pelatihan yang intensif dari para pengelola Sutera Emas Kabupaten Malang sebagai pengawal serta “Pemegang Paten” program Sutera Emas.
Surveilans antara lain berfungsi untuk mengidentifikasi adanya masalah beserta faktor resiko dan faktor determinannya sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah secara efektif efisien.
Aktivitas pengumpulan data banyak dilakukan tetapi mengolah, menganalisa dan menginterpretasikannya jarang dikerjakan dengan cepat sehingga sering menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam pendeteksian kasus secara dini maupun keterlambatan pantauan infomasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) di lapangan.
Dalam pelaporan kasus penyakit khususnya kasus kebidanan dan gizi balita masih terkendala pada keterlambatan pelaporan yang pada akhirnya mengakibatkan lambatnya pengambilan keputusan baik untuk pencegahan maupun untuk penanggulangannya.
Banyak hambatan pelaksanaan surveilans secara menyeluruh antara lain: keterbatasan data, tidak adanya SDM penganalisa data, perlu banyak waktu dan ketelitian sedang beban kerja lain masih menumpuk. Untuk mengatasi masalah komplek tersebut dengan SDM yang terbatas disertai beban kerja yang padat maka perlu dimunculkan ide kreatif dengan melibatkan semua komponen masyarakat di akar rumput serta memanfaatkan teknologi informasi berupa telepon seluler dan SMS diharapkan dapat meminimalisir hambatan sekaligus memudahkan petugas dalam pengumpulan, tabulasi data, evaluasi bahkan percepatan intervensi di lapangan secara cepat, tepat, lengkap dan akurat.
Ide dengan memanfaatkan teknologi informasi cepat dan tepat yaitu teknologi SMS disebut SMS Gateway yang merupakan jembatan perantara melalui SMS.
B. ALUR SEJARAH
Kejadian lonjakan kasus yang pernah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kepanjen dimana dirasakan adanya keterlambatan dalam pendeteksian dini dan dalam penyebarannya membawa para petugas Puskesmas Kepanjen pada kesadaran pentingnya Informasi Cepat dan Tepat. Ide kreatif yang muncul dari Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang yang dipimpin dr. Sonny Muchlison yang mengalami berbagai permasalahan kesehatan khususnya kematian ibu dan bayi baru lahir disertai keterbatasan SDM kesehatan di wilayahnya. Petugas merasa sangat terbantu dengan jumlah kader dari kalangan masyarakat yang secara sukarela mau dilatih sebagai kader penggerakan dan penguatan peranserta masyarakat dalam kesehatan antara lain dengan memanfaatkan teknologi SMS.
Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai kepedulian tinggi dan komitmen yang kuat untuk pencapaian MDGs utamanya Kesehatan Ibu dan Anak, gizi masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta pemberdayaan perempuan di bidang kesehatan. Pencapaian target MDGs tahun 2015 perlu dikawal oleh semua pihak baik masyarakat, dunia usaha, para pakar, para profesional, organisasi kemasyarakatan maupun oleh pemerintah yang tidak mungkin dapat bekerja sendiri tanpat peranserta semua stakeholder.
Gayung bersambut , ide kreatif diwadahi oleh kepedulian dan komitmen Bupati Malang beserta jajarannya dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Malang memunculkan satu konsep pemantauan kesehatan yang kemudian disebut Sutra Emas. Konsep ini kemudian diikuti oleh APPI Kabupaten Malang untuk pemantauan dan pengambilan tindakan cepat dan tepat bagi Ibu hamil, melahirkan, nifas.
Buku Panduan Umum ini dibuat seizin Pemerintah Kabupaten Malang agar dapat digunakan untuk sosialisasi inovasi kreatif dalam pemantauan ibu hamil, melahirkan, nifas, sehingga tidak ada ibu yang meninggal saat membawa kehidupan baru ke dunia. Dalam jangka pendek diharapkan agar target MDGs penurunan AKI kepada target yang ditetapkan yang oleh para pakar dikhawatirkan masih di luar jangkauan alias diramalkan tidak akan tercapai pada tahun 2015.
Penyempurnaan dari konsep ini sangat diharapkan akan memunculkan inovasi lain yang berguna untuk masyarakat pada umumnya.
C. FILOSOFI
Sutra Emas merupakan sebuah bentuk jawaban berupa terobosan dalam kecepatan pengumpulan data dengan mengoptimalkan peran pemberdayaan masyarakat sebagai objek dan subjek surveilans dalam hal ini para kader terlatih yang disebut kader Sutra Emas di satuan wilayah terkecil yaitu lingkup Rukun Tetangga (RT) sebagai ujung tombak sumber informasi. Selanjutnya diteruskan kepada para petugas kesehatan yang tersebar di seluruh desa serta bermuara pada unit pelayanan Puskesmas dengan menggunakan alat bantu berupa telepon seluler sebagai media pelaporan dan software yang mampu menganalisa data yang diperlukan secara otomatis dan dapat bekerja 24 jam tanpa henti dan setiap saat (real time).
Filosofi yang dikembangkan adalah: Penemuan, Pelaporan, Penanganan Kasus Dini serta Pemberdayaan Masyarakat.
I. KONSEP DASAR
Satu RT – Satu Kader
Satu Ibu Hamil Beresiko – Satu Kader
Satu Bayi Baru Lahir Beresiko - Satu Kader
Satu Bayi (1 tahun Beresiko) – Satu kader
Satu Balita Beresiko – Satu Kader
Satu individu beresiko – Satu Kader.
Hal tersebut berarti bahwa: Satu wilayah RT diamati oleh satu orang kader yang sudah mendapat pelatihan sebagai Kader Sutra Emas.
Demikian juga Ibu hamil beresiko tinggi, Bayi Baru Lahir, Bayi, Balita dan individu atau orang yang sedang dalam keadaan sakit yang beresiko perlu dipantau dan mendapat pendampingan kader.
Perlu intensifikasi dan ekstensifikasi pelatihan kader Sutra Emas; hal ini juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan yang merupakan bagian dari pencegahan penyakit dan promosi kesehatan sehingga pada gilirannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semakin banyak warga melaksanakan Perilaku Hidup Sehat.
Peran aktif masyarakat dalam Sutra Emas juga merupakan salah satu bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang terus diupayakan oleh pemerintah sebagai salah satu bentuk alih kelola promosi kesehatan.
II. TUJUAN
1. Berjalannya Sistem Kewaspadaan Dini (Early Warning System).
2. Pendeteksian faktor resiko di masyarakat.
3. Penuruan AKI dan AKB.
4. Peningkatan derajat kesehatan Ibu, Bayi dan Balita.
5. Peningkatan Angka Penemuan Kasus.
6. Penanganan kasus KLB secara dini.
7. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan.
8. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam UKBM.
III. MANFAAT
A. BAGI MASYARAKAT
1. Makin banyak warga berperilaku hidup sehat.
2. Preventif, Promotif meningkat diharapkan Kuratif menurun – produktivitas meningkat / kinerja bertambah.
3. Terhindar dari KLB.
4. Kesejahteraan meningkat, menurunkan kemiskinan.
B. BAGI KADER
1. Pemberdayaan kader yang juga adalah warga masyarakat, memupuk gotong royong bekerja untuk masyarakat, keluarga dan diri sendiri.
2. Mempermudah kerja kader yang tidak perlu berjalan jauh ke tempat tenaga kesehatan tapi cukup dengan SMS.
3. Kader makin akrab dengan teknologi yang berimbas pada akses informasi.
C. BAGI PETUGAS KESEHATAN
1. Memudahkan merekap dan menganalisa data yang masuk karena sudah diprogram dalam komputer.
2. Memudahkan dan mempercepat pencarian/ pelacakan kasus di lapangan.
3. Mempercepat penanganan dan rujukan berdasarkan jenis penyakit, jenis kelamin, kelompok umur, waktu dan tempat kejadian.
4. Memudahkan membuat laporan oleh karena sistem beroperasi 24 jam non stop.
5. Analisa data dilakukann otomatis setiap saat.
D. BAGI PEMERINTAH
1. Deteksi dini mencegah timbulnya KLB.
2. Budget Pengobatan dapat turun bila rakyat sehat.
3. Alih kelola upaya kesehatan berbasis masyarakat.
4. Kinerja meningkat terkait peningkatan ekonomi dan income per kapita.
IV. KONSEP KERJA PROGRAM SUTRA EMAS
Konsep kerja pendampingan warga yang bermasalah memerlukan jumlah kader yang banyak sehingga perlu pelatihan atau orientasi masalah kesehatan yang dihadapi lingkungan masing masing. Bukan pelatihan resmi tetapi memanfaatkan pertemuan informal di desa seperti pengajian, arisan RT, dan lain-lain.
Benefit lain dari konsep ini yaitu mengasah kegotong- royongan dan menambah jumlah warga yang mengerti masalah kesehatan. Di pihak petugas, kerja bidan di lapangan akan bertambah banyak sehingga beban bidan di desa untuk administrasi perlu dilimpahkan kepada petugas lain. Keluhan masyarakat di desa timbul akibat kurangnya kesempatan bertemu bidan karena bidan terlalu banyak mengurusi masalah administrasi, pelaporan, rapat dan lain-lain.
Desa yang wilayahnya luas juga akan menimbulkan kesulitan bila bidan di desa hanya satu orang; merupakan kendala tetapi harus dimulai untuk menghindari salah satu keterlambatan. Pilot projek memang dimaksudkan untuk mencari hambatan dan menetapkan solusi secara terus- menerus.
V. SEKILAS TENTANG PROGRAM EMAS
Emas (Extending Maternal Andneonatal Survival) meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir di Indonesia adalah sebuah program kerja sama Kementerian Kesehatan RI dengan USAID selama 5 tahun (2012 – 2016).
Tujuan Umum: Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal sebesar 25 %.
Daerah intervensi: 6 Provinsi 30 Kabupaten yaitu: Sumatera Utara, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Sulawesi Selatan. Pada tahun pertama akan bekerja di 10 Kabupaten dan salah satu kabupaten terpilih di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang, Jawa Barat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon; Banten di Kabupaten Serang; Jawa Tengah di Kabupaten Tegal dan Banyumas; Sulawesi Selatan di Kabupaten Pinrang; Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang.
Tujuan Emas:
- Meningkatkan kualitas pelayanan PONED dan PONEK:
- Memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian diterapkan di RS dan Puskesmas.
- Pendekatan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem rujukan antar Puskesmas / Balkesmas dan RS :
- Penguatan sistem rujukan.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas nakes, faskes dan Pemda.
- Meningkatkan akses masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Hasil yang akan dicapai Program Emas meliputi peningkatan kualitas pelayanan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di fasilitas kesehatan dan peningkatan sistem rujukan yang efektif, efisien, berkualitas dan aman dalam kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan penerapan tata kelola yang baik terkait kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir dan pemanfaatan teknologi informasi mutakhir (SMS, hotline, Media Sosial) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Pendekatan Emas:
l Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetric dan neonatal minimal di 150 RS (PONEK) Pemerintah & Swasta dan 300 Puskesmas / Balkesmas (PONED).
l Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan RS.
l Program dirancang agar dapat memberi dampak nasional, tidak hanya sebatas di lokasi area kerja.
Dari pendekatan program ini nampak bahwa fokus kerja adalah wilayah pelayanan kesehatan dan sedikit menyentuh masyarakat. Pelayanan kesehatan yang baik, perlu disosialisasikan kepada masyarakat, paling tidak agar diketahui keberadaannya dan ada kelompok pendamping yang mendorong penggunaan fasilitas yang baik tersebut sehingga seperti menjadi milik masyarakat yang dicintai, tidak hanya menjadi menara gading yang jauh terpisah dari masyarakat. Sehubungan dengan hal itu perlu ada jembatan penghubung antara masyarakat dan Program Emas. Diharapkan Sutra Emas dapat menjadi jembatan yang dimaksud dengan SMS Gateway.
Sekilas info: Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan diharapkan menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup tahun 2015. Dapat diartikan bahwa 10.000 kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan harus dicegah setiap tahun. Data menunjukkan bahwa secara nasional, 44 % kematian ibu terjadi di Rumah Sakit sehingga kualitas pelayanan dan ketepatan waktu merujuk perlu ditingkatkan.
Di sisi lain, setiap bayi baru lahir bisa menghadapi resiko yang dapat diatasi dengan penanganan persalinan sesuai standar, penerapan inisiasi menyusu dini dan perawatan esensial bayi baru lahir. Hal ini dapat membantu penurunan kematian bayi baru lahir yang cenderung stagnan di Indonesia.
VI. SMS GATEWAY Dalam Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat Dalam PHBS KIBBLA
Penggerakan dan Penggerakan Masyarakat dalam PHBS – KIBBLA adalah program berdasar MoU Kemenkes dengan 18 Organisasi Kemasyarakatan antara lain dengan APPI, sejak tahun 2011 sampai 2015. Dalam 2 tahun perjalanan, wilayah kerja APPI ada di 5 Provinsi, 10 Kabupaten yaitu Sumatera Barat (Kota Padang, Kab. Solok), Jawa Barat (Kab. Indramayu dan Kab. Bandung), Jawa Timur (Kab. Malang dan Kab. Tulung Agung), NTB (Kab Lombok Utara dan Lombok Tengah), NTT (Kab Kupang dan Kab TTS) di 60 Desa Binaan.
Tujuan utama Program PHBS – KIBBLA adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan alias preventif dan promosi kesehatan, program Sutera Emas yang sudah diawali oleh Puskesmas Kepanjen dan didukung oleh Dinas Kesehatan dan Bupati Malang diangkat oleh APPI Kabupaten untuk disebarluaskan di lingkup Kabupaten Malang dan menarik perhatian APPI Pusat untuk disosialisasikan di Kabupaten Tulung Agung pada Program tahun 2012.
Selanjutnya Sutera Emas diperkenalkan secara nasional dalam Exhibition MDG’s Award di Jakarta dan dilirik oleh JHPIEGO / USAID untuk menjadi jembatan Program Emas dengan masyarakat di akar rumput yang saat ini sedang dalam tahap penjajagan. Oleh karena hal tersebut di atas, maka baik Program Emas maupun Program Sutera Emas perlu sosialisasi kepada seluruh jajaran APPI baik di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/ Kota sampai di desa binaan apalagi namanya sama-sama Emas tapi arti berbeda dan tujuan sama untuk Keselamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir; Emas di lingkup Puskesmas ke atas dan Sutera Emas di lingkup akar rumput.
VII. PENUTUP
Terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Malang beserta segenap jajarannya yang telah memberikan izin penggunaan Buku Saku Sutra Emas diproduksi setelah mendapat revisi sesuai dengan tujuannya agar diketahui dan dikembangkan bersama-sama khusunya bagi warga APPI di seluruh nusantara. Adapun Buku Teknis pelaksanaan tentu akan dibuat oleh masing-masing yang berminat dengan melalui pelatihan yang intensif dari para pengelola Sutera Emas Kabupaten Malang sebagai pengawal serta “Pemegang Paten” program Sutera Emas.
Rabu, 31 Oktober 2012
Senin, 29 Oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)